Powered By Blogger

Jumat, 06 Juli 2012

makalah penelitian hadits

OBYEK, TUJUAN, DAN KEMUNGKINAN
HASIL PENELITIAN HADITS
A.   Obyek Penelitian Hadits
Bagian-bagian hadits yang menjadi obyek penelitian ada dua macam, yakni rangkaian para periwayat yang menyampaikan riwayat hadits, yang dikenal dengan istilah sanad, dan materi atau matn hadits. Ada beberapa hal penting berkenaan dengan sanad dan matn hadits yang perlu diketahui dan diperhatikan dalam kegiatan penelitian hadits. Berikut dipaparkan beberapa hal penting tersebut.
1.      Sanad hadits
a.       Pendapat ulama tentang sanad hadits
Ulama hadits menilai sangat penting kedudukan sanad dalam riwayat hadits. Muhammad bin Sirin menyatakan bahwa sesungguhnya pengetahuan hadits adalah agama, maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambil agama itu.
Abdullah bin Mubarak menyatakan bahwa sanad hadis merupakan bagian dari agama. Sekiranya sanad hadis tidak ada,niscaya siapa saja akan bebas menyatakan apa yang dikehendaki.
Imam an-Nawawi menanggapi pendapat Abdullah bin Mubarak dengan menjelaskan bahwa bila sanad suatu hadits berkualitas shahih, maka hadits tersebut dapat diterima. Sedangkan, bila hadits itu tidak shahih, maka hadits tersebut  harus ditinggalkan.
b.      Bagian-bagian sanad yang harus diteliti
-          Nama-nama periwayat yang terlibat dalam periwatan hadits yang bersangkutan.
-          Lambang-lambang periwayatan hadits yang telah digunakan oleh masing-masing periwat dalam meriwayatkan hadits yang bersangkutan, misalnya sami’tu, akhbarani, ‘an, dan anna.
2.      Matan Hadits
Obyek penelitian hadits yang kedua adalah matan hadits. Setiap matan hadist itu selalu berkaitan erat dengan sanad. Sanad sendiri dalam kajian hadits masih diperlukan penelitian secara cermat, maka matanpun juga perlu diteliti secara cermat.
Perlunya penelitian matan hadist tidak hanya karena keadaan matan tidak bisa dilepaskan dari pengaruh keadaan sanad. Akan tetapi, juga karena adanya periwayatan secara makna ( riwayah bil ma’na).
Dengan adanya periwatan ma’na, maka untuk penelitian matan hadits tertentu, misalnya saja berkenaan dengan berita peperangan. Sasaran penelitiannya tidak tertuju pada kata perkata dalam matan ini, akan tetapi cukup terhadap kandungan berita yang bersangkutan. Berbeda dengan hadits tentang sholat, maka penelitiannya harus kata perkata. 
Dalam penelitian matan dirasa tidak mudah dilakukan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kesulitan penelitianmatan. Diantaranya: adanya periwayatansecara makna, acuan yang digunakan sebagai pendekatan tidak satu macam saja, latar belakang timbulnya petunjuk hadist tidak selalu mudah diketahui, adanya kandungan petunjuk hadits yang berkaitan dengan hal-hal yang berdimensi supra rasional, masih langkanya kitab-kitab yang membahas secara khusus penelitian matan hadist.
B.   Tujuan Penelitian Hadits
Tujuan pokok penelitian hadits, baik dari segi sanad maupun dari segi matan adalah untuk mengetahui kualitas hadits yang diteliti. Kualitas hadits hadits sangat perlu diketahui dalam hubungannya dengan kehujahan hadits yang bersangkutan. Hadits yang kualitasnya tidak memenuhui syarat, tidak dapatdigunakan sebagai hujjah.
Dalam kaitannya dengan status hadits. Hadits yang diteliti adalah hadits ahad. Namun, hal itu tidak menutup kemungkinan hadits yang berstatus mutawatir tidak dapat dilakukan penelitian lagi. Hadits mutawatir tetap saja dapat dilakukan, hanya saja yang menjadi tujuan penelitian bukanlah untuk mengetahui bagaimana kualitas sanad dan matan hadits, akan tetapi untuk membuktikan kemutawatiran hadits tersebut.
Ulama hadits sebenarnya sudah meneliti semua hadits yang ada, baik yang termuat dalam beragam literatur kitab hadits maupun yang termuat dalam kitab non hadits. Akan tetapi, penelitian hadits tetap perlu, dengan beberapa sebab sebagai berikut:
a.       Hasil penelitian yang dikemukakan oleh para ulama pada dasarnya tidak lepas dari hasil ijtihad. Hal itu memungkinkan benar dan salah. Jadi, hadits yang dinyatakan berkualitas shahih oleh seorang ulama hadis, masih terbuka kemungkinan diketemukan kesalahannya setelah dilakukan penelitian kembali secara lebih cermat.
b.      Adanya perbedaan penilaian terhadap satu hadits yang sama. Seorang ulama mengatakan shahih, seorang lagi mengatakan tidak shahih. Dengan begitu penelitian hadits masih perlu dilakukan, setidaknya untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya perbedaan hasil penelitian.
c.       Pengetahuan manusia berkembang dari masa ke masa. Hal ini menuntut untuk melihat kembali melihat kembali hasil-hasil penelitian yang telah lama ada.
d.      Ulama hadits adalah manusia biasa, yang tidak terlepas dari berbuat salah. Karenananya tidak mustahil bila hasil penelitian yangbtelah mereka kemukakan masih dapat ditemukan letak kesalahannya.
e.       Penelitian hadits mencakup penelitian sanad dan matan, dalam penelitian sana, pada dasarnya yang diteliti adalah kualitas pribadi perawi dan kapasitas keintelektualan para periwayat yang terlibat dalam sanad, disamping metode  periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat. Dalam hal menilai perawi tidaklah semudah menilai benda mati. Bisa saja, orang itu dikatakan baik, namun nyatanya justru sebaliknya. Dimensi seseorang telah mempengaruhi dalam hal menilai periwayat hadits. Ini bararti bukan perawi saja yang perlu diteliti, akan tetapi ulama peneliti haditspun juga penting untuk  diteliti.
C.   Kemungkinan Hasil Penelitian Hadits
1.      Dilihat dari jumlah periwayat hadits.
Ada dua kemungkina hasil penelitian hadits dilihat dari jumlah perawi yaitu Hadits mutawatir dan hadits ahad.
Pengertian mutawatir menurut kebanyakan ulama ialah hadits yang jumlah perawinya banyak, disampaikan oleh orang banyak kepada orang banyak, mulai dari akhir periwayatan, yang menurut kebiasaan adat mustahil para periwayat yang banyak itu bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta. Sebagian ulama menambahkan unsur penyaksian panca indera sebagai salah satu syarat sahnya periwayatan hadits mutawatir.
Apabila hadits yang diteliti tidak berstatus rmutawatir, maka statusnya adalah ahad. Dan kegiatan penelitian itupun belum berakhir, sebelum sanad dan matan hadits yang bersangkutan telah diteliti dan diketahui kualitasnya.
2.      Dilihat dari kualitas sanad dan matan hadits.
Hasil penelitian hadits dilihat dari keadaan sanad dan matan hadits terdapat empat kemungkinan, yakni : mungkin hadits yang bersangkutan berrkualitas shahih, atau mungkin berkualitas hasan, atau mungkin berkualitas dho’if, atau mungkin juga hadits yang diteliti ternyata hadits palsu(maudhu’).
Hadits shahih adalah hadits yang sanadnya bersambung. Dari awal sampai akhir. Para periwayatnya bersifat adil dan dhabit. Serta terhindar dari kejanggalan(syuzuz) dan cacat(‘illat).
Selanjutnya, hadits hasan ialah hadits yang sanadnya bersambung, dari awal  sampai akhir, para periwayatnya bersifat adil, namun kedhabitannya kurang, serta terhindar dari kejanggalan dan illat.
Ulama membagi hadits shahih dan hasan menjadi dua macam. Shahih li dzatihi ( shahih karena dirinya sendiri), shahih lighairihi( shahih karena dukungan dari yang lainnya), hasan li dzatihi, dan hasan lighairihi.
Adapun yang dimaksud hadits dha’if  atau lemah adalah hadits yang hadits yang tidak memenuhui sebagian atau seluruh syarat hadits hasan dan shahih.
Disamping ketiga kualitas diatas, masih ada lagi satu kemungkinan hasil penelitian hadits dilihat dari keadaan sanad dan matan hadits, yakni bahwa hadits yang diteliti ternyata tidak memenuhi syarat untuk dinyatakan sebagai hadits Nabi. Tegasnya, hadits tersebut adalah hadits palsu, atau hadits maudu’.  [1]


 


[1] Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadits,

2 komentar:

  1. siapakah yang memiliki kompetensi melakan penelitian hadis?, dan masih mungkinkah saat ini hal itu dilakukan?

    BalasHapus
    Balasan
    1. para sarjana jurusan tafsir hadis tentunya... dan masih sangat mungkin... bahkan, metode penelitian hadispun terus berkembang seiring berjalannya waktu...




      Hapus