SENAT MAHASISWA JURUSAN
(SMJ) USHULUDDIN
KBM STAIN PONOROGO
SMJ USHULUDDIN
THEOLOGY REVIVAL MUST GO ON….
Sama Kosongnya seperti papan tulis sebelum guru datang
Mahasiswa Ushuluddin adalah ibarat pisau. Yang asalnya
adalah sebuah besi tebal, kemudian dibakar-bakar dan dipukul-pukul hingga
lempeng, sampai akhirnya menjadi pisau. Namun tidak cukup hanya menjadi sebuah
pisau yang utuh, ia perlu sering diasah, sehingga dalam penggunaanya akan tetap
tajam dalam membelah ataupun memotong apapun. Maksudnya adalah mahasiswa
Ushuluddin harus sadar tentang proses, mulai pertanyaan terkesil apa itu
proses, bagaimana ia berproses, mengapa ia berproses, apa yang sekarang dan
yang akan dilakukan untuk berproses semuanya berkelanjutan dan bertahap.
Adakalanya juga, ia menyadari pentingnya proses pada awal-awal ia masuk
Ushuluddin, namun terkadang sang mahasiswa ini tersadar akan kebutuhanya pada
saat-saat terakhirnya ia menjadi seorang mahasiswa. Mulai dari kebutuhan
intelektual, kebutuhan organisasi, kebutuhan gerakan dan mungkin juga akan
jaringan. Oleh karena itu, mahasiswa Ushuluddin harus paham ini sejak dari awal
masuk.
Akan tetapi yang akan menjadi focus orientasi mahasiswa
ushuluddin adalah keintelektualan. Karena bila dilihat dari bobot keilmuanya,
contohkan disana filsafat, sosiolgi dan tafsir hadits. Apabila digabungkan
tentu akan menjadi sebuah bobot keilmuan yang sangat tinggi dalam ilmu
pengetahuan, karena dapat menggabungkan akal, pengalaman (realitas social) dan
metodologi. Sehingga mahasiswa diajak untuk berfikir secara rasional dan masuk
akal (menurut perspektif individu yang dapat dipertanggung jawabkan) serta
harus sesuia dengan realitas social yang ada kontekstual. Selain itu juga
diharuskan untuk menggunakan metodologi yang benar, agar nantinya menjadi suatu
karya intelektual yang dapat dipertanggung jawabkan secara akademis, moral dan
social.
Mahasiswa Ushuluddin harus punya tanggung jawab
keilmuan. Karena keilmuan di Ushuluddin harus sesuai dengan kebutuhan dan porsi
masyarakat dalam artian dapat dikontekstualisasikan. Karena sekarang banyak
sekali keilmuan yang hanya mengedepakan rasionalitas secara subjektif (terjebak
euphoria hasil karya individu/kebenaran yang hanya benar menurut dirinya
sendiri) dan meninggalkan keilmuan yang bersifat rasionalitas objektif (realitas social). Karya intelektual
tersebut dapat menjadi sebuah tonggak perubahan dalam segala hal. Sehigga tidak
akan mengalami stagnasi atau kemandekan keilmuan. Dan tidak hanya akan menjadi
kepuasan intelektual secara individual belaka dan menghiraukan, serta tidak
mempertanggung jawabkan keilmuanya dalam lingkup realitas social. Kalau boleh
mengambil sample adalah lulusan dokter sekarang lebih mengedepankan
eksklusivitasnya. Mereka berpakaian layaknya seorang pejabat, sehingga dari sini
muncullah jarak yang menghalangi dan menciptakan keterputusan sebuah jalinan
keharmonisan keilmuan social. Karena seharusnya mereka dituntut sebagai creator
of change atau pencipta perubahan dalam masyarakat ataupun Negara. Dari sini ia
harus lebih tahu tentang realitas yang ada, tentang gerak-gerik mereka, tentang
bagaimana mereka memandang, tentang cara apa yang mereka harus semestinya
lakukan dan tentunya tentang kapan perubahan itu akan menjadi sebuah sumber
kekuatan dan motivasi yang positif bagi semua kelompok, bagi semua lini, bagi
semua golongan, serta dapat menjadi tonggak terbangunnya Negara kita yang telah
lelap tertidur dalam romantisme reformasi. Yang telah menyebabkan bangsa yang
besar ini hanya akan menjadi singa yang kelaparan dan tidak punya kekuatan
untuk bangkit kembali.
Dengan banyaknya tantangan yang dihadapi mahasiswa
sekarang, banyak sekali yang ingin kita evaluasi serta refleksi. Terutama
apabila kita menghadapi permasalahan keintelektualan mahasiswa. Seperti apakah
sebetulnya mahasiswa terutama Ushuluddin dapat menggapai sebuah cita-cita
keintelektualan yang diharapkan dari ruang yang kosong, menjadi sebuah ruang
yang penuh dengan imajinasi dan motivasi, serta keyakinan dan kepercayaan diri
yang kuat. Sebuah harapan besar bila dari obrolan-obrolan warung kopi (diskusi)
yang dilakukan dapat membudaya menjadi inspirator sebuah kelompok yang lebih
besar dalam hal pemikiran dan gerakan. Sehingga harapanya juga mahasiswa
Ushuluddin dapat selalu menjadi puncak kepemimpinan dalam sebuah kelompok, tim
ataupun organisasi. Dan suatu hal yang memungkinkan jika mahasiswa ushuluddin
dapat menjadi pewaris tongkay estafet kepemimpinan dalam masyarakat dan Negara.
Menurut subjektif kami, mahasiswa ushuluddin diharapkan
mempunyai pola pikir yang antisipasif. Pola pikir yang antisipasif adalah suatu
pemikiran yang lebih condong menanggapi sesuatu yang sedang dan akan terjadi.
Pola pikir ini mengakui perkembangan yang linier, baik yang terduga ataupun
yang tidak terduga. Keunggulan pola pikir ini adalah kemampuan memaknai
fenomena dengan ketajaman logis-teoritis, sedangkan kesadaran etiknya
mengharapkan perkembangan masa depan. Jadi pola pikir ini mencoba untuk
menghadapi tantangan-tantangan masa depan, kendatipun langkah yang ditawarkan
itu bertolak dari perkembangan fenomena sekarang ini. Pemikir yang berpola ini
sering bicara tentang tantangan yang dihadapi sekarang dan yang akan datang
sekaligus solusinya.
Pemikir yang berpola antipasif itu dapat dilacak ketika
dia menilai ada beberapa masalah yang perlu dibenahi dalam budaya mahasiswa
terutama ushuluddin, antara lain : kemampuan beradaptasi dengan
perkembangan-perkembangan metodologis dan perluasan cakrawala wawasan
kemasyarakatan yang terus mengalami transformasi. Oleh karenanya perlu injeksi
metodologis dengan cara :
1. Memberikan peranan aktif (dalam hal ini
SMJ Ushuluddin) dalam proses pembelajaran yang androgogik (pendidikan orang
dewasa) mulai dari konsep diri (berbasis kemandirian), peranan sebuah
pengalaman (proses mengalami), kesiapan belajar (motivasi) dan orientasi
belajar.
2. Membiasakan membuat abstaksi dan
menangkap ide-ide dasar dalam buku yang dikaji atau kajian yang sedang
dijalani.
3. Memperbanyak diskusi untuk mencarikan
titik temu antara konsep dan aplikasi, antara hukum-hukum dengan realitas social
yang ada.
Untuk itu, mahasiswa Ushuluddin kedepanya dapat
mendalami dan mewariskan keilmuan, memiliki integritas moral, kepekaan social,
keterbukaan, semangat menyerap informasi yang intens dan analisis yang tajam.
Idealisme ini disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang muncul di
masa yang akan datang, berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi sekarang
sebab masyarakat yang akan datang lebih condong menggunakan
pertimbangan-pertimbangan raisonal. Kalau bisa diibaratkan keadaan masyarakat sekarang
adalah “Rakyat sudah tidak lagi butuh demokrasi akan tetapi mereka butuh makan.
Karena rakyat sudah tidak betah di negeri sendiri (Negara demokrasi), mereka
lebih memilih mencari sandang pangan diluar negeri (yang notabene bukan Negara
demokrasi)”. Oleh karena itu, Negara ini membutuhkan orang yang cerdas dan
bukan sekedar orang yang rajin.
Disinilah letak SMJ Ushuluddin sebagai pendorong
mahasiswa untuk menjadi seorang inovator, fasilitator, dinamisator, motivator,
katalisator atau menjembatani semua cita-cita atau harapan dari mahasiswa
Ushuluddin seperti apa yang tercantum diatas. Agar kelak mahasiswa mempunyai
daya saing serta daya jual. Yang mana sekarang tuntutanya adalah untuk selalu
kompetitif dalam segala hal. Apalagi kita sudah dihadapkan dengan permasalahan
globalisasi/sebuah bentuk kapitalissme baru, yang tidak bisa lagi dipandang
remeh. Karena telah banyak kerugian serta kerusakan yang telah dilakukan.
Dalam sebuah kepengurusan organisasi kami juga mempunyai
bidang-bidang yang mempunyai tanggung jawab penuh terhadap anggota-anggotanya,
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan serta sampai pada tujuan-tujuan yang ingin
dicapainya. Kami mempunyai beberapa tim kerja yang mana satu sama lain untuk
saling membantu dan saling mengkritisi dalam tanda kutip, kritikan yang
bersifat membangun. Diantaranya :
1. Bidang Pengembangan Sumberdaya Manusia
Salah satu tugas pokoknya adalah menggodok
keintelektualan mahasiswa Ushuluddin serta berperan aktif dalam proses
pembelajaran yang dilakukan. Bidang
ini kerap mengadakan diskusi-diskusi ilmiah dengan tema variatif setiap
minggunya, seperti sosial, keagamaan,
dll. Forum diskusi ini dinamai Forum KenCan (Kenduri Wacana)
2.
Bidang Publikasi
Dari bidang inilah unsure jurnalistik dalam SMJ Ushuluddin timbul. Melalui
minimags SAPULIDI clean old pleasures, mahasiswa Ushuluddin bisa menyalurkan
bakat dan minatnya dalam bidang kajian dan jurnalistik.
3. Bidang Komunikasi dan Informasi
Tugas intinya adalah menjalin hubungan dan kerjasama
dengan lembaga lain serta mengupayakan pengembangan bagi SMJ dan mahasiswa
ushuluddin umumnya. Untuk jaringan tingkat Nasional, sekarang SMJ
Ushuluddin tergabung dengan Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadits
se-Indonesia (FKMTHI).
Demikian sedikit pengantar, semoga bermanfaat bagi
semuanya. Dan harapanya, mahasiswa ushuluddin lebih bisa kompetitif dan bisa
menjadi innovator di segala lini, baik keintelektualan maupun dunia pergerakan.
God bless. Emin.
“sesungguhnya setiap revolusi pemikiran bermula dengan pembebasan
perspektif pemahaman dari doktrin lama menuju pada perspektif dan aksioma baru.
Kita harus melepaskan diri dari symbol masa lalu yang hanya menandai pengalaman
dan pengetahuan yang telah menghilang dan menggantikanya dengan symbol-simbol
baru.
STRUKTUR PENGURUS SMJ
USHULUDDIN
MASA RISALAH 2012
KETUA : MAGHFIROH
WAKIL KETUA : KHAFIDZ ISTARDLO
SEKRETARIS : HENIK SUHULIN
BENDAHARA : ANTIKA HAYUN PRIMADANI
BIDANG
PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA:
·
AHMAD SYAIFUDDIN (CO)
·
ENIK SITI NUR JANNAH
·
IMAM SUDARMOKO
·
HANIFUDDIN ZUHRO
·
ALI MUSTOFA
·
SITI MAHMUDAH
BIDANG KOMUNIKASI DAN INFORMASI:
·
AFIF SYAHRUL HADI (CO)
·
HISYAM CHUMAIDI
·
IMAM MALIKI
·
AGAM FAID RIDLO
·
MUDDA’IYATUL HASANAH
·
AMRON ROSYIDI
BIDANG PUBLIKASI:
·
ZULFATUN NAIMAH (CO)
·
ILHAM JAUHARI
·
M. HAMID GHUFRONI
·
GHOFURUROHIM
·
USTMAN ZAINUDDIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar