Powered By Blogger

Sabtu, 07 Juli 2012

falsafah al-Qur'an


Ilmu dan Mu’jizat
oleh : Maghfiroh (Tafsir hadits/VI)
            Al-qur’an adalah kitab petunjuk, demikian hasil yang kita peroleh dari mempelajari sejarah turunnya. Ini sesuai pula dengan penegasan al-qur’an:
petunjuk bagi manusia, keterangan mengenai petunjuk serta pemisah antara yang hak dan yang bathil( al-baqarah: 185)
            Imam al-ghazaly menerangkan bahwa sekuruh cabang ilmu pengetahuan yang terdahulu  dan yang kemudian, yang diketahui maupun yang belum, semua bersumber dari al-qur’an. Imam as-syatibi tidak sependapat dengan al-ghazaly, beliau berpendapat bahwa bahwa para sahabat tentu telah mengetahui al-qur’an dan apa-apa yang tercantum di dalamnya. Tapi tidak satupun dari mereka yang menyatakan bahwa al-qur’an mencakup seluruh cabang ilmu pengetahuan.
            Seperti dikatakan Quraish Shihab dalam buku membumikan al-Qur’an, beliau mengatakan bahwa hubungan al-qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai dari banyaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang tersimpul di dalamnya, bukan terletak pada kebenaran-kebanaran teori ilmiah, akan tetapi pembahasannya diletakkan pada proporsi yang lebih tepat sesuai dengan kemurnian dan kesesuaiaan pula dengan logika ilmu pengetahuan itu sendiri.
            Membahas al-qur’an bukan dengan melihat adakah relativitas atau bahasan tentang angkasa luar, ilmu komputer tercantum dalam al-qur’an tdak, akan tetapi lenih utama adalah melihat adakah jiwa ayat-ayatnya yang menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan atau sebaliknya, adakah ayat al-qur’an yang bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang telah mapan.
Sejarah membuktikan bahwa galileo, ketika mengungkpkan penemuannya bahwa bumi itu beredar, tidak mendapat counter dari suatu lembaga ilmiah. Tetapi masyarakat ia dimana hidup malah memberikan tantangan kepadanya atas dasar-dasar kepercayaan dogma sehingga galileo pada akhirnya menjadi korban tantangan tersebut atau korban penemuanya sendiri. Hal ini akibat belum terwujudnya syarat-syarat sosial masyarakat. Dari segi inilah kita bisa menilai hubungan antara al-qur’an dengan ilmu pengetahuan.[1]
A.    Ilmu pengetahuan

Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam al-Qur’an. Kata ini digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan. ‘ilm dari segi bahasa berarti kejelasan, karena itu segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Perhatikan misalnya kata ‘alam(bendera), ‘ulmat(bibiir sumbing), ‘a’lam(gunung-gunung), ‘alamat(alamat), dan sebagainya.
Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Sekalipun demikian, kata ini beda dengan ‘arafa(mengetahui), a’rif(yang mengetahui), ma’rifah(pengetahuan).
Allah SWT tidak dinamakan a’rif, tetapi ‘alim, yang berkata kerja ya’lam(dia mengetahui), dan biasanya al-qur’an menggunakan kata itu untuk Allah dalam hal-hal yang diketahuinya walaupun ghaib, tersembunyi, atau dirahasiakan.[2]
Dalam pandangan al-qur’an, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Ini tercermin dalam sejarah kejadian manusia pertama yang dijelaskan al-qur’an pada surah al-baqarah  ayat 31-32:
zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ (#qä9$s% y7oY»ysö6ß Ÿw zNù=Ïæ !$uZs9 žwÎ) $tB !$oYtFôJ¯=tã ( y7¨RÎ) |MRr& ãLìÎ=yèø9$# ÞOŠÅ3ptø:$# ÇÌËÈ
31.  Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
32.  Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana[35]."
Catatan:
[35]  Sebenarnya terjemahan Hakim dengan Maha Bijaksana kurang tepat, Karena arti Hakim ialah: yang mempunyai hikmah. hikmah ialah penciptaan dan penggunaan sesuatu sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya. di sini diartikan dengan Maha Bijaksana Karena dianggap arti tersebut hampir mendekati arti Hakim.
            Dalam ungkapan sehari-hari, kata ilmu sering digabungkan dengan kata pengetahuan, sehingga menjadi ilmu pengetahuan(science) yang seolah-olah mempunyai pengertian yang sama dengan kata pengetahuan (knowledge) itu sendiri, Dr. Ahmad Munir mengutip definisi The Liang Gie mendefinisikan ilmu:
“ rangkaian aktifitas manusia rasional dan kognitif  dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan atau kemanusiaan untuk mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberi  penjelasan maupun melakukan penerapan.”
            Dari definisi di atas, pengertian ilmu mengacu pada tiga ranah, baik sebagai pengetahuan, aktifitas maupun metode, ilmu merupakan suatu kesatuan yang logis yang mesti ada secara berurutan. Ilmu keberadaannyaharus diupayakan oleh aktifitas manusia, aktifitas manusia harus diupayakan dengan menggunakan metode tertentu dan akhirnya aktifitas metodis tersebut mendatangkan suatu pengetahuan yang sistematis. [3]
            Oleh karena itu yang menjadi ciri utama ilmu pengetahuan salah satunya adalah ia selalu memperbaiki diri seiring dengan perkembangan zaman, dan itu berlangsung menurut hukummkemajuan. Samaai saat ini masih dalam keadaan belum sempurna. Kadang teori ilmiah yang terlihat kokoh akan menjadi goyaaah dengan ditemuakannya kaidah baru.
            Sesudah abad pertengahan, banyak orang yang berbuat kekeliruan dengan mengingkari perputaran bola bumi dan peredarannya mengelilingi matahari. Sikap itu didasarkan pada pengertian yang mereka tarik dari ayat-ayat kitab suci. Kekeliruan yang sama dibuat oleh orang-orang dari zaman berikutnya. Mereka menafsirkan tujuh petala langit dengan tujuh planet di dlam tata surya. Ternyata jumlah planet bukan tujuh melainkan sepuluh. Terhadap tujuh buah planet itupun jika kesimpulan mereka masih membutuhkan lebih jauh.
            Kekeliruan ini juga terjadi pada kesimpulan sejumlah orang yang beranggapan bahwa teori evolusi dan peningkatan kualitatif pasti terdapat di dalam beberapa ayat al-qur’an seperti firman Allah surah al-baqarah ayat 251 yang menegaskan :
NèdqãBtygsù ÂcøŒÎ*Î/ «!$# Ÿ@tFs%ur ߊ¼ãr#yŠ šVqä9%y` çm9s?#uäur ª!$# šù=ßJø9$# spyJò6Ïtø:$#ur ¼çmyJ¯=tãur $£JÏB âä!$t±o 3 Ÿwöqs9ur ßìøùyŠ «!$# }¨$¨Y9$# OßgŸÒ÷èt/ <Ù÷èt7Î/ ÏNy|¡xÿ©9 ÙßöF{$# £`Å6»s9ur ©!$# rèŒ @@ôÒsù n?tã šúüÏJn=»yèø9$# ÇËÎÊÈ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar