Powered By Blogger

Rabu, 08 Agustus 2012

Selayang Pandang SMJ Ushuluddin STAIN Ponorogo


SENAT MAHASISWA JURUSAN
(SMJ) USHULUDDIN
KBM STAIN PONOROGO

SMJ USHULUDDIN
THEOLOGY REVIVAL MUST GO ON….
Sama Kosongnya seperti papan tulis sebelum guru datang
Mahasiswa Ushuluddin adalah ibarat pisau. Yang asalnya adalah sebuah besi tebal, kemudian dibakar-bakar dan dipukul-pukul hingga lempeng, sampai akhirnya menjadi pisau. Namun tidak cukup hanya menjadi sebuah pisau yang utuh, ia perlu sering diasah, sehingga dalam penggunaanya akan tetap tajam dalam membelah ataupun memotong apapun. Maksudnya adalah mahasiswa Ushuluddin harus sadar tentang proses, mulai pertanyaan terkesil apa itu proses, bagaimana ia berproses, mengapa ia berproses, apa yang sekarang dan yang akan dilakukan untuk berproses semuanya berkelanjutan dan bertahap. Adakalanya juga, ia menyadari pentingnya proses pada awal-awal ia masuk Ushuluddin, namun terkadang sang mahasiswa ini tersadar akan kebutuhanya pada saat-saat terakhirnya ia menjadi seorang mahasiswa. Mulai dari kebutuhan intelektual, kebutuhan organisasi, kebutuhan gerakan dan mungkin juga akan jaringan. Oleh karena itu, mahasiswa Ushuluddin harus paham ini sejak dari awal masuk.
Akan tetapi yang akan menjadi focus orientasi mahasiswa ushuluddin adalah keintelektualan. Karena bila dilihat dari bobot keilmuanya, contohkan disana filsafat, sosiolgi dan tafsir hadits. Apabila digabungkan tentu akan menjadi sebuah bobot keilmuan yang sangat tinggi dalam ilmu pengetahuan, karena dapat menggabungkan akal, pengalaman (realitas social) dan metodologi. Sehingga mahasiswa diajak untuk berfikir secara rasional dan masuk akal (menurut perspektif individu yang dapat dipertanggung jawabkan) serta harus sesuia dengan realitas social yang ada kontekstual. Selain itu juga diharuskan untuk menggunakan metodologi yang benar, agar nantinya menjadi suatu karya intelektual yang dapat dipertanggung jawabkan secara akademis, moral dan social.
Mahasiswa Ushuluddin harus punya tanggung jawab keilmuan. Karena keilmuan di Ushuluddin harus sesuai dengan kebutuhan dan porsi masyarakat dalam artian dapat dikontekstualisasikan. Karena sekarang banyak sekali keilmuan yang hanya mengedepakan rasionalitas secara subjektif (terjebak euphoria hasil karya individu/kebenaran yang hanya benar menurut dirinya sendiri) dan meninggalkan keilmuan yang bersifat rasionalitas  objektif (realitas social). Karya intelektual tersebut dapat menjadi sebuah tonggak perubahan dalam segala hal. Sehigga tidak akan mengalami stagnasi atau kemandekan keilmuan. Dan tidak hanya akan menjadi kepuasan intelektual secara individual belaka dan menghiraukan, serta tidak mempertanggung jawabkan keilmuanya dalam lingkup realitas social. Kalau boleh mengambil sample adalah lulusan dokter sekarang lebih mengedepankan eksklusivitasnya. Mereka berpakaian layaknya seorang pejabat, sehingga dari sini muncullah jarak yang menghalangi dan menciptakan keterputusan sebuah jalinan keharmonisan keilmuan social. Karena seharusnya mereka dituntut sebagai creator of change atau pencipta perubahan dalam masyarakat ataupun Negara. Dari sini ia harus lebih tahu tentang realitas yang ada, tentang gerak-gerik mereka, tentang bagaimana mereka memandang, tentang cara apa yang mereka harus semestinya lakukan dan tentunya tentang kapan perubahan itu akan menjadi sebuah sumber kekuatan dan motivasi yang positif bagi semua kelompok, bagi semua lini, bagi semua golongan, serta dapat menjadi tonggak terbangunnya Negara kita yang telah lelap tertidur dalam romantisme reformasi. Yang telah menyebabkan bangsa yang besar ini hanya akan menjadi singa yang kelaparan dan tidak punya kekuatan untuk bangkit kembali.
Dengan banyaknya tantangan yang dihadapi mahasiswa sekarang, banyak sekali yang ingin kita evaluasi serta refleksi. Terutama apabila kita menghadapi permasalahan keintelektualan mahasiswa. Seperti apakah sebetulnya mahasiswa terutama Ushuluddin dapat menggapai sebuah cita-cita keintelektualan yang diharapkan dari ruang yang kosong, menjadi sebuah ruang yang penuh dengan imajinasi dan motivasi, serta keyakinan dan kepercayaan diri yang kuat. Sebuah harapan besar bila dari obrolan-obrolan warung kopi (diskusi) yang dilakukan dapat membudaya menjadi inspirator sebuah kelompok yang lebih besar dalam hal pemikiran dan gerakan. Sehingga harapanya juga mahasiswa Ushuluddin dapat selalu menjadi puncak kepemimpinan dalam sebuah kelompok, tim ataupun organisasi. Dan suatu hal yang memungkinkan jika mahasiswa ushuluddin dapat menjadi pewaris tongkay estafet kepemimpinan dalam masyarakat dan Negara.
Menurut subjektif kami, mahasiswa ushuluddin diharapkan mempunyai pola pikir yang antisipasif. Pola pikir yang antisipasif adalah suatu pemikiran yang lebih condong menanggapi sesuatu yang sedang dan akan terjadi. Pola pikir ini mengakui perkembangan yang linier, baik yang terduga ataupun yang tidak terduga. Keunggulan pola pikir ini adalah kemampuan memaknai fenomena dengan ketajaman logis-teoritis, sedangkan kesadaran etiknya mengharapkan perkembangan masa depan. Jadi pola pikir ini mencoba untuk menghadapi tantangan-tantangan masa depan, kendatipun langkah yang ditawarkan itu bertolak dari perkembangan fenomena sekarang ini. Pemikir yang berpola ini sering bicara tentang tantangan yang dihadapi sekarang dan yang akan datang sekaligus solusinya.
Pemikir yang berpola antipasif itu dapat dilacak ketika dia menilai ada beberapa masalah yang perlu dibenahi dalam budaya mahasiswa terutama ushuluddin, antara lain : kemampuan beradaptasi dengan perkembangan-perkembangan metodologis dan perluasan cakrawala wawasan kemasyarakatan yang terus mengalami transformasi. Oleh karenanya perlu injeksi metodologis dengan cara :
1.      Memberikan peranan aktif (dalam hal ini SMJ Ushuluddin) dalam proses pembelajaran yang androgogik (pendidikan orang dewasa) mulai dari konsep diri (berbasis kemandirian), peranan sebuah pengalaman (proses mengalami), kesiapan belajar (motivasi) dan orientasi belajar.
2.      Membiasakan membuat abstaksi dan menangkap ide-ide dasar dalam buku yang dikaji atau kajian yang sedang dijalani.
3.      Memperbanyak diskusi untuk mencarikan titik temu antara konsep dan aplikasi, antara hukum-hukum dengan realitas social yang ada.
Untuk itu, mahasiswa Ushuluddin kedepanya dapat mendalami dan mewariskan keilmuan, memiliki integritas moral, kepekaan social, keterbukaan, semangat menyerap informasi yang intens dan analisis yang tajam. Idealisme ini disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang muncul di masa yang akan datang, berdasarkan fenomena-fenomena yang terjadi sekarang sebab masyarakat yang akan datang lebih condong menggunakan pertimbangan-pertimbangan raisonal. Kalau bisa diibaratkan keadaan masyarakat sekarang adalah “Rakyat sudah tidak lagi butuh demokrasi akan tetapi mereka butuh makan. Karena rakyat sudah tidak betah di negeri sendiri (Negara demokrasi), mereka lebih memilih mencari sandang pangan diluar negeri (yang notabene bukan Negara demokrasi)”. Oleh karena itu, Negara ini membutuhkan orang yang cerdas dan bukan sekedar orang yang rajin.
Disinilah letak SMJ Ushuluddin sebagai pendorong mahasiswa untuk menjadi seorang inovator, fasilitator, dinamisator, motivator, katalisator atau menjembatani semua cita-cita atau harapan dari mahasiswa Ushuluddin seperti apa yang tercantum diatas. Agar kelak mahasiswa mempunyai daya saing serta daya jual. Yang mana sekarang tuntutanya adalah untuk selalu kompetitif dalam segala hal. Apalagi kita sudah dihadapkan dengan permasalahan globalisasi/sebuah bentuk kapitalissme baru, yang tidak bisa lagi dipandang remeh. Karena telah banyak kerugian serta kerusakan yang telah dilakukan.
Dalam sebuah kepengurusan organisasi kami juga mempunyai bidang-bidang yang mempunyai tanggung jawab penuh terhadap anggota-anggotanya, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan serta sampai pada tujuan-tujuan yang ingin dicapainya. Kami mempunyai beberapa tim kerja yang mana satu sama lain untuk saling membantu dan saling mengkritisi dalam tanda kutip, kritikan yang bersifat membangun. Diantaranya :
1.      Bidang Pengembangan Sumberdaya Manusia
Salah satu tugas pokoknya adalah menggodok keintelektualan mahasiswa Ushuluddin serta berperan aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Bidang ini kerap mengadakan diskusi-diskusi ilmiah dengan tema variatif setiap minggunya, seperti  sosial, keagamaan, dll. Forum diskusi ini dinamai Forum KenCan (Kenduri Wacana)
2.      Bidang Publikasi
Dari bidang inilah unsure jurnalistik dalam SMJ Ushuluddin timbul. Melalui minimags SAPULIDI clean old pleasures, mahasiswa Ushuluddin bisa menyalurkan bakat dan minatnya dalam bidang kajian dan jurnalistik.
3.      Bidang Komunikasi dan Informasi
Tugas intinya adalah menjalin hubungan dan kerjasama dengan lembaga lain serta mengupayakan pengembangan bagi SMJ dan mahasiswa ushuluddin umumnya.  Untuk jaringan tingkat Nasional, sekarang SMJ Ushuluddin tergabung dengan Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadits se-Indonesia (FKMTHI).
Demikian sedikit pengantar, semoga bermanfaat bagi semuanya. Dan harapanya, mahasiswa ushuluddin lebih bisa kompetitif dan bisa menjadi innovator di segala lini, baik keintelektualan maupun dunia pergerakan. God bless. Emin.
“sesungguhnya setiap revolusi pemikiran bermula dengan pembebasan perspektif pemahaman dari doktrin lama menuju pada perspektif dan aksioma baru. Kita harus melepaskan diri dari symbol masa lalu yang hanya menandai pengalaman dan pengetahuan yang telah menghilang dan menggantikanya dengan symbol-simbol baru.



STRUKTUR PENGURUS SMJ USHULUDDIN
MASA RISALAH 2012

KETUA                     : MAGHFIROH                    
WAKIL KETUA      : KHAFIDZ ISTARDLO     
SEKRETARIS          : HENIK SUHULIN
BENDAHARA          : ANTIKA HAYUN PRIMADANI


BIDANG PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA:
·         AHMAD SYAIFUDDIN (CO)
·         ENIK SITI NUR JANNAH
·         IMAM SUDARMOKO
·         HANIFUDDIN ZUHRO
·         ALI MUSTOFA
·         SITI MAHMUDAH
BIDANG KOMUNIKASI DAN INFORMASI:
·         AFIF SYAHRUL HADI (CO)
·         HISYAM CHUMAIDI
·         IMAM MALIKI
·         AGAM FAID RIDLO
·         MUDDA’IYATUL HASANAH
·         AMRON ROSYIDI
BIDANG PUBLIKASI:
·         ZULFATUN NAIMAH (CO)
·         ILHAM JAUHARI
·         M. HAMID GHUFRONI
·         GHOFURUROHIM
·         USTMAN ZAINUDDIN